My Fault (Chapter 5)

asian-cute-liberdade-pastels-ulzzang-favim-com-113066_large

Author        :Rachelliu

Title            :My Fault (Chapter 5)

Cast            :Cho Kyuhyun, Lee Haemi.

 

 

Aku lanjutin buat kalian readers –nim. Kalau engga ada yang komen dan Cuma jadi siders sebenarnya males buat lanjut tapi berhubung kalian pembaca yang baik hati dan selalu meninggalkan jejak jadi aku sempetin buat bikin next part untuk kalian. Semoga tidak mengecewakan yah.

 

Happy Reading and sorry typo

Seperti pagi biasanya, dia menyiapkan sarapan pagi untuk suami dan dirinya. Namun ada perbedaan pada pagi ini dan kemarin. Dia dan suaminya sarapan bersama di meja makan. Pria itu memintanya untuk makan bersama mulai saat itu. Dia sangat bahagia mendengar permintaan lelaki itu, namun sebagian hatinya bersedih atas perlakuan suaminya tersebut.

 

Haemi mengaduk susu cokelatnya dengan pandangan lurus ke depan. Dia memang sering melamun akhir-akhir ini, kegiatan tersebut lebih sering dilakukannya tanpa sadar. Haemi bahkan tidak menyadari jika ada seseorang di sampingnya yang telah bergabung di meja makan bersamanya.

 

“Haemi.” Hingga suara bass familiar tersebut menyadarkan dirinya.

 

Haemi mengerjab lalu menoleh pada seseorang yang telah mengamatinya sedari tadi. Dia sempat tertegun sejenak memandang wajah tersebut, namun tak berapa lama senyum khasnya terbit. Senyum yang terkesan dipaksakan dan terlihat sedikit menyedihkan.

 

“Apa kopinya terlalu manis oppa ?” Entahlah. Dia juga tidak tahu harus bertanya atau bicara apa sekarang pada lelaki di sampingnya. Hanya pertanyaan tersebut yang ada dibenaknya saat ini.

 

“Anni.” Gumamnya masih memandang lekat wajah Haemi.

 

Haemi terlihat salah tingkah dipandangi terlalu lama oleh lelaki yang masih berstatus suaminya itu. Dia mencoba menghilangkan rasa gugupnya tersebut dengan tersenyum selebar dan selucu mungkin, namun tatapan laki-laki itu begitu serius padanya.

 

“O –oppa butuh sesuatu mungkin ?” Haemi mencoba menghilangkan degupan jantungnya yang tak karuan karena tatapan suaminya itu.

 

“Kau sungguh baik-baik saja ?” Pertanyaan tersebut membuat Haemi diam.

 

Lelaki itu mengkhawatirkannya. Ada perasaan senang hinggap di hati Haemi mendengar pertanyaan cemas tersebut. Tak pernah selama pernikahan mereka lelaki itu bertanya begitu khawatir dan ketakutan melihat kondisinya. Haemi tersenyum di dalam hatinya, namun sesuatu seolah menyadarkannya. Pria itu bersikap begitu baik padanya bukan karena dia istrinya melainkan, dirinya adalah adik dari kekasih pria itu. Seperti ada sesuatu yang menghantam dadanya ketika mengingat hal tersebut, Haemi langsung mengelus dadanya pelan.

 

“Hae –yaa kau sungguh baik-baik saja ?” Haemi menarik nafasnya lalu memandang wajah pria itu dengan senyum tipis. Kepalanya ia anggukan pelan. “Bagaimana jika kita ke rumah sakit ?” Haemi menggeleng “Atau kau mau oppa periksa saja.”

 

“Aku baik-baik saja oppa.” Gumam Haemi mengulas senyumnya “Tidak usah mengkhawatirkanku.” Ucapan Haemi membuat Kyuhyun diam, tapi mata pria itu masih memperhatikan Haemi. “Minum kopimu oppa.” Haemi tersenyum menyodorkan kopi yang dibuatnya.

 

Dia menaruh sendok susunya lalu meminum susu cokelat miliknya tersebut. Haemi memperhatikan selai dan roti yang ada di hadapannya. Dia ingin memakannya namun mual itu selalu terasa jika dia mengunyah apapun, hanya susu yang bisa ia nikmati. Tapi jika ia terus seperti ini, dia takut bayi di dalam perutnya kekurangan asupan makanan.

 

“Kau tidak makan rotimu ?” Haemi melirik Kyuhyun lalu tersenyum.

 

“Aku akan membawanya nanti oppa. Susu sudah membuatku kenyang.” Gumaman Haemi membuat Kyuhyun memicingkan matanya pada gelas kosong yang ada di hadapan Haemi.

 

“Kau sekarang rutin meminum susu.” Haemi menelan salivanya mendengar ucapan Kyuhyun “Apa itu susu untuk melangsingkan tubuh. Kau terlihat kurus sekali Hae –yaa.” Pria itu menatap Haemi penuh selidik.

 

A –anni.” Jawab Haemi terbata. Dia melirikkan matanya ragu “Malah ini susu untuk menggemukkan tubuhku oppa.” Gumamnya tersenyum menampilkan deretan giginya.

 

“Kau ini. Harusnya kau makan banyak jika ingin gemuk.”

 

“Aku akan makan banyak.” Tapi tidak untuk sekarang oppa. Kyuhyun tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

 

Haemi tertegun melihat wajah Kyuhyun yang terlihat begitu bahagia saat ini. Pria itu tersenyum padanya, bersikap hangat kembali padanya seperti dulu. Kyuhyun menuruti keinginan Haemi, dia benar-benar menjadi kakak laki-lakinya seperti dulu.

 

“Kau lebih cantik jika tubuhmu berisi.” Ucapan Kyuhyun mampu membuat pipi Haemi merona.

 

Haemi menunduk sambil tersenyum tipis. Dia akan berisi beberapa bulan lagi, Haemi juga sangat menantikan hal tersebut. Namun bagaimana sikap Kyuhyun jika tahu dirinya telah hamil dan mengandung anak pria itu. Bibir Haemi yang menyimpul langsung tertarik simetris mengingat hal tersebut.

 

“Wanita berisi itu seksi. Apalagi jika seorang wanita tengah hamil, mereka akan terlihat begitu seksi.” Haemi menengadah menatap Kyuhyun.

 

Dia bahkan tak menyangka jika Kyuhyun akan mengatakan hal demikian padanya. Haemi menunduk dan melihat perutnya yang masih rata. Seandainya Kyuhyun tahu, apa pria itu akan sebahagia saat ini jika membicarakan tentang kehamilan.

 

“Oppa sepertinya sarapanku sudah selesai aku –”

 

“Kita berangkat bersama.” Haemi melebarkan matanya mendengar Kyuhyun memotong ucapannya “Aku juga sepertinya tidak berselera makan sepertimu.” Ucapnya tersenyum.

 

Haemi melirik Kyuhyun. Jika Kyuhyun memperlakukannya seperti ini, entah kenapa ia takut. Haemi takut jika nanti mereka berpisah, dirinya tak bisa melupakan pria yang telah mencuri hatinya sejak dulu. Dia seharusnya belajar melupakan perasaannya pada Kyuhyun sedikit demi sedikit agar nanti jika mereka berpisah, dirinya tidak akan terlalu menderita.

 

“Oppa aku berangkat sendiri saja.”

 

“Aku akan mengantarmu. Aku sudah janji pada kakakmu akan menjagamu Haemi.” Ucapan terakhir Kyuhyun seolah menyadarkan Haemi kembali.

 

“Aku bisa –”

 

“Aku akan tetap mengantarmu.” Haemi mana bisa menolak jika Kyuhyun telah mengatakan ucapan penuh penekanan seperti itu. Dia hanya menghela nafas dan mengangguk pasrah.

 

.

.

.

Kyuhyun melirik Haemi yang sedari tadi diam sambil memandangi jalanan yang mereka lalui dari kaca jendela mobil. Haemi tak sedikitpun mengeluarkan suara seperti biasanya. Seolah ada sesuatu yang membebani wanita itu, Kyuhyun sebenarnya mengerti apa yang ada dipikiran Haemi. Tapi sesuatu dalam dirinya membantah keras apa yang ingin dilakukannya untuk wanita itu.

 

“Haemi.” Panggilan Kyuhyun membuat Haemi menoleh padanya “Jika kita berpisah nanti –” Kalimat Kyuhyun menggantung. Haemi hanya menatap Kyuhyun yang masih fokus dengan kemudinya tersebut. “Kau akan tinggal di mana?”

 

Haemi melebarkan matanya lalu mengalihkan tatapannya pada apapun yang berada di sekitarnya. Dia belum memikirkan hal ini, dia tidak tahu akan tinggal di mana setelah bercerai dengan Kyuhyun nanti.

 

“Tinggal bersamaku dan Hyeri.” Haemi menatap Kyuhyun kembali. Pria itu masih fokus menyetir namun tak berapa lama ia menoleh pada Haemi dan tersenyum “Kami mengkhawatirkanmu.”

 

Mereka mengkahatirkanku ?

Haemi bergumam dalam hatinya. Dia tersenyum tipis pada Kyuhyun, wanita mana yang sanggup hidup satu atap dengan mantan suami dan istri barunya. Ayolah meskipun mereka menganggap Haemi adik. Tapi mana bisa ia melihat keharmonisan rumah tangga kakaknya yang tidak bisa ia miliki.

 

“Aku ingin belajar mandiri oppa. Aku tidak bisa tinggal bersama kalian.”

 

 

 

***

Haemi tersenyum sambil menyeka keringat yang ada di dahinya. Dia tertawa melihat salah seorang temannya yang sedang berceloteh tentang hal lucu hingga para pegawai lain tertawa tak terkecuali dirinya. Pria itu menjadi hiburan di tengah pekerjaan mereka yang sedikit melelahkan karena restoran semakin ramai.

 

“Haemi.” Haemi menoleh mendengar panggilan tersebut. “Meja nomor 7.” Dia mengangguk dengan senyumnya lalu berjalan meninggalkan beberapa temannya itu.

 

Sunbae –nim tidak bisa melihat kita bahagia sedikit saja.” Gerutuan tersebut disetujui anggukan oleh para teman yang berada di depannya.

 

“Kau benar. Haemi bahkan belum memakan makan siangnya.”

 

“Kenapa tidak bilang padaku ?”

 

“Kau akan membujuknya untuk makan ?”

 

“Aku yang akan menghabiskan makan siangnya.” Jawaban pria itu mendapat dengusan dari dua teman yang tengah mendengarkannya.

 

“Ehemm.” Deheman seseorang membuat mereka diam lalu membungkuk hormat.

 

Kajja. Kita harus bekerja kembali. Annyeong sajang –nim.” Mereka berjalan sambil menunduk takut ketika menyadari kedatangan atasan mereka.

 

Siwon mengendurkan wajah sinisnya lalu memperhatikan seseorang yang tengah tersenyum melayani pelanggan. Wajahnya begitu pucat meskipun wanita itu berkali-kali menyamarkannya dengan senyuman, tapi dia tahu wanita itu tidak baik-baik saja.

 

Dia menghela nafas lalu mengedarkan pandangannya pada arah lain. Mencari keberadaan seseorang, ketika dia telah menemukan orang yang dicarinya tersebut. Siwon segera berjalan menghampiri wanita paruh baya yang terlihat sibuk dengan buku catatan di tangannya.

 

Sajang –nim.” Wanita itu membungkuk ketika sadar dengan kehadiran Siwon.

 

“Manajer song. Aku ingin bicara denganmu.”

 

“Baiklah.”

 

Manajer song mengikuti langkah kaki Siwon yang berjalan memasuki ruangan khusus milik lelaki itu. Dia tidak ingin sesuatu yang di sampaikannya diketahui oleh para pegawai lain. Belajar dari pengalaman yang lalu, di mana rasa khawatirnya malah membuat seseorang menjadi tidak nyaman dan sungguh Siwon tidak ingin mengulangi perbuatan yang sama.

 

“Apa yang ingin anda bicarakan ?”

 

Siwon terlihat menghela nafasnya pelan “Begini. Aku ingin Lee Haemi tidak bekerja terlalu berat.” Manajer Song mengerutkan dahinya “Dia sepertinya sakit. Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada karyawanku.”

 

“Aku mengerti maksudmu sajang –nim.” Manajer Song tersenyum tipis disela ucapannya.

 

“Jika kau bisa membujuknya pulangkanlah dia lebih awal. Tapi jika dia menolak tutup saja restoran lebih awal.”

 

“Tapi restoran tengah ramai dan –”

 

“Aku tidak peduli.” Manajer Song terlihat terkejut mendengar nada suara Siwon yang sedikit meninggi “Maaf. Aku tidak bermaksud.” Gumam Siwon sadar akan ucapannya yang kelewatan.

 

“Tidak apa-apa sajang –nim aku mengerti.” Manajer Song tersenyum lagi. kali ini lebih lebar dan penuh makna.

 

“Terima kasih banyak manajer Song.”

 

“Tidak masalah sajang –nim.” Wanita paruh baya itu masih menyematkan senyumnya.

 

Siapapun yang melihat sikap Siwon pasti bisa mengartikan maksud yang dilakukan pria itu sekalipun Siwon hanya berkata tidak ingin terjadi sesuatu pada pegawainya. Raut di wajahnya tidak bisa dibohongi jika ia begitu mencemaskan Haemi. Dia sadar perempuan itu telah memiliki suami, tapi rasa itu tidak bisa hilang begitu saja. Dia hanya ingin melakukan sesuatu yang baik untuk wanita yang telah membuatnya seperti ini sekalipun dirinya tak bisa memiliki Haemi.

.

.

.

.

.

“Dokter Cho. Ada seorang wanita yang ingin bertemu denganmu.” Kyuhyun mengerutkan dahinya. “Dia bilang dia kekasihmu. Dia menunggu di ruanganmu.” Kyuhyun tersenyum lalu mengangguk.

 

“Terima kasih perawat Oh.” Gumam Kyuhyun pada lelaki yang memberitahunya.

 

“Ya. Aku kembali ke ruangan.” Pria itu tersenyum dan berjalan meninggalkan Kyuhyun.

 

Kyuhyun segera melangkahkan kakinya menuju ruangannya. Senyum di wajah rupawannya tersemat mendengar kedatangan kekasihnya. Hyeri hanya mengatakan akan makan siang bersamanya, tapi dia tidak menyangka wanita itu mau repot-repot datang ke tempatnya bekerja. Dia sungguh merindukan momen-momen seperti dulu, dimana dirinya dan Hyeri selalu makan bersama.

 

Kyuhyun tersenyum melihat punggung wanita itu di hadapannya. Dia berjalan menghampiri Hyeri yang tak menyadari kehadirannya, Wanita itu tengah sibuk memainkan ponselnya. Entah apa yang dilihatnya tapi wajahnya begitu serius memperhatikan benda persegi itu.

 

“Apa yang kau lihat hingga tidak sadar aku telah di sini.” Hyeri mendongak. Wajah Kyuhyun tepat di depan matanya. Dia hanya tersenyum melihat wajah kesal kekasihnya itu “Apa yang kau lihat ?” Ulang Kyuhyun lagi dengan nada sinis.

 

“Ini urusan wanita oppa.” Jawab Hyeri tersenyum melihat wajah merengut kekasihnya “Jangan pasang wajah seperti itu kau jelek sekali oppa.” Rajuk Hyeri meraih lengan Kyuhyun hingga pria itu mendekat padanya.

 

“Kau ke sini untuk makan siang bersamaku bukan ?”

 

“Tentu saja.”

 

“Berdirilah. Aku tidak mau membuang waktuku. Kau tahu bukan aku ini dokter yang super sibuk.” Hyeri mendengus mendengar ucapan Kyuhyun yang seolah membanggakan dirinya.

 

Dia bangkit dari kursi dan mendelik sebal pada Kyuhyun. Tapi pria itu hanya terkekeh kecil sambil menarik lengan Hyeri agar keluar dari ruangannya. Mereka akan makan siang bersama di luar.

.

.

.

Jin Woo memicingkan matanya melihat dua orang berjalan menjauh dari arah pandanganya. Dia mengenal pria yang tengah menggandeng lengan wanita di sampingnya. Tapi dia tidak mengenal sosok wanita yang sedang berjalan berdampingan dengan temannya tersebut.

 

“Apa wanita itu yang bernama Hyeri.” Gumamnya. Jin Woo masih menatap lekat punggung mereka yang semakin menjauh.

 

Dia sebenarnya ingin mengajak Kyuhyun makan siang bersama seperti biasa. Tapi sepertinya pria itu telah memiliki teman makan, Jin Woo menghela nafasnya. Entah kenapa ada perasaan tidak suka melihat kebersamaan Kyuhyun bersama wanita itu. Tidak, dia bukan pria penyuka sesama jenis. Dia hanya tidak menyukai hubungan Kyuhyun dengan kekasihnya itu.

 

“Dia bahkan berani membawa kekasihnya ke sini sedangkan istrinya –” Jin Woo memotong ucapannya lalu mendesah “Apa yang sedang aku pikirkan. Bukankah itu urusan mereka.”

 

“Urusan apa maksudmu ?”Jin Woo terkaget dan menoleh pada sumber suara. Seorang pria gendut berseragam sama dengannya berada di belakangnya “Jin Woo kau berbicara dengan siapa ?” Jin Woo mengerjab.

 

“Tidak. Kau –apa kau di sini dari tadi dan mendengar ucapanku ?”

 

“Aku baru tiba.” Jawabnya dengan raut bingung melihat kawannya itu. “Kau sungguh baik-baik saja Woo –yaa?”

 

“Aku sungguh baik-baik saja Jang Seok –aah.” Pria gendut itu mengangguk mengerti. “Kajja. Kita makan siang bersama.”

 

Jin Woo berjalan beriringan bersama temannya tersebut. Dia sadar dirinya tidak seharusnya ikut campur urusan Kyuhyun bersama dengan wanita-wanitanya. Tapi sungguh, dia tidak tega jika melihat wajah pias wanita yang ditemuinya beberapa waktu lalu.

 

 

 

 

 

***

Haemi tidak mengerti mengapa manajer Song memintanya untuk pulang lebih awal. Wanita paruh baya itu hanya mengatakan jika dirinya tidak lembur, tapi yang dia tahu tak ada pegawai lain yang di minta untuk pulang lebih awal seperti dirinya. Haemi berjalan sambil sesekali menggigit bibirnya.

 

“Apa pekerjaanku tidak bagus yah. Jadi manajer Song menyuruhku pulang.” Gumam Haemi pelan “Bagaimana jika aku di pecat.” Haemi menghentikan langkahnya lalu menggeleng “Tidak. Aku tidak boleh di pecat. Bagaimana bisa aku menghidupi anakku kelak jika aku tidak bekerja.” Haemi memejamkan matanya lalu menarik nafasnya “Aku tidak akan di pecat. Aku akan bekerja lebih baik lagi besok.” Gumamnya penuh semangat.

 

Haemi kembali melangkahkan kakinya dengan keyakinan penuh. Dia menghentikan langkahnya ketika melihat toko perbelanjaan untuk kebutuhan bayi. Tanpa di duga kakinya melangkah masuk menuju toko tersebut. Haemi tersenyum melihat banyak sekali benda-benda mungil yang disediakan di toko tersebut. Matanya berbinar ketika melihat sebuah gaun kecil berwarna merah muda yang tergantung di hadapannya. Gaun itu sangat lucu dan cantik.

 

“Ada yang bisa di bantu nyonya ?” Haemi terkesiap mendengar pertanyaan seseorang di sampingnya. Dia menoleh pada seorang gadis yang tengah tersenyum padanya.

 

“Ahh –mian. Aku ingin melihat-lihat dulu. Gaun ini cantik sekali.”

 

“Apa anda memiliki seorang putri ?” Haemi diam mendengar pertanyaan gadis manis itu.

 

“Aku belum tahu apa anakku nanti perempuan atau laki-laki.” Gumam Haemi menyentuh perutnya membuat gadis itu memperhatikan apa yang dilakukan Haemi. Gadis itu tersenyum seolah mengerti apa maksud Haemi.

 

“Anda tengah mengandung.” Ucapnya membuat wajah Haemi bersemu “Pasti ini yang pertama.” Haemi mengangguk.

 

“Sepatu ini lucu sekali.” Gumam Haemi ketika perhatiannya terpusat pada sepasang sepatu hijau mungil bergambar pororo. Gadis di sampingnya hanya tersenyum “Nona. Aku ingin membeli sepatu ini untuk anakku nanti.”

 

“Kenapa tidak tunggu nanti setelah melahirkan nyonya?”

 

Haemi tersenyum “Untuk mengingatkanku jika aku harus berjuang demi dia.” Gumamnya mengelus kembali perutnya. Gadis itu tertegun mendengar ucapan wanita di hadapannya.

 

Setelah membeli sepasang sepatu bayi yang lucu. Haemi segera melangkahkan kakinya keluar dari toko tersebut. Dia melanjutkan langkahnya kembali sambil memperhatikan setiap toko di sepanjang jalan yang di lewatinya.

 

“Jika eomma tahu kau seorang perempuan. Eomma pasti akan membelikanmu gaun tadi.” Gumamnya berbicara sendiri sambil tersenyum. “Ahh eomma akan membeli bahan masakan untuk appamu.” Ucap Haemi ketika ia melewati supermarket.

 

Haemi memasuki supermarket tersebut untuk membeli bahan masakan. Dia membeli daging beserta sayur dan bumbu jadi yang sudah ada di sana. Tidak butuh waktu lama, dia sudah membayar barang belanjaannya dan keluar dari supermarket tersebut. Haemi melangkahkan kakinya kembali dengan senyum mengembang, dia akan memasak makan malam untuk suaminya. Kyuhyun mengingat kebiasaannya dan sungguh hal tersebut membuat hatinya merasa senang.

.

.

.

Siwon memperhatikan wanita itu dengan serius. Bak seorang penguntit, ia terus mengawasi pergerakan wanita di seberang sana yang tengah berjalan sambil menekuk wajahnya. Siwon tahu pasti wanita itu berpikiran yang buruk tentang kepulangannya tersebut. Dahi Siwon berkerut ketika wanita itu memasuki sebuah toko perbelanjaan bayi.

 

“Baby Shop. Untuk apa Haemi ke sana.” Gumam Siwon ketika Haemi telah memasuki toko tersebut.

 

Beberapa menit kemudian Haemi keluar dari toko tersebut dengan senyum khasnya. Siwon menaikan alisnya melihat sebuah plastic yang digenggam Haemi. Wanita itu membeli sesuatu di toko perlengkapan bayi itu.

 

“Apa yang dibelinya.” Siwon terlihat penasaran.

 

Dia melajukan mobilnya perlahan ketika Haemi berjalan lagi. Siwon menghentikan kemudinya lagi ketika wanita itu kembali diam dan memasuki supermarket. Haemi keluar beberapa saat kemudian dengan sebuah plastic besar di tangannya. Wanita itu kembali berjalan sambil terus tersenyum. Siwon mengemudikan mobilnya untuk mendekat pada Haemi. Dia berhenti tepat di depan wanita itu, Haemi mengerutkan dahinya dengan wajah bingung memperhatikan mobil Siwon. Dia baru sadar ketika pria itu membuka pintu dan menatapnya.

 

“Oppa.”

 

“Kau mau pulang ?” Haemi terlihat bingung mendengar pertanyaan Siwon. “Hae.”

 

“Ya. Aku mau pulang.” Jawabnya pelan.

 

“Kemarikan barang belanjaanmu. Aku antar kau pulang.”

 

“Aku pulang sendiri saja.” Siwon mendesah. Dia pernah berbicara tentang rasa khawatairnya pada wanita itu. “Ini masih sore. Aku akan baik-baik saja.”

 

“Mengapa Kyuhyun tak menjemputmu. Bukankah beberapa hari ini dia mau mengantarmu.”

 

“Dia –”

 

“Sibuk.” Siwon memotong ucapan Haemi “Aku iri padanya. Dia memiliki istri yang sangat pengertian.”

 

“Dia tidak tahu jam pulang kerjaku.” Gumam Haemi pelan “Dan –” Haemi melirik Siwon ketika akan menlanjutkan kalimatnya “Mengapa manajer song memintaku pulang lebih awal. Apa kinerjaku buruk ?” Siwon terlihat mengalihkan tatapan matanya. Dia sungguh bingung harus menjawab apa. “Aku –aku tidak akan dipecatkan oppa ?” Siwon menatap Haemi kembali. Wajah wanita itu terlihat penuh harap.

 

“Tidak. Jika kau mau kuantar pulang.”

 

“Kau mengancam.” Desis Haemi “Baiklah. Ayo antar aku pulang.” Gumamnya berjalan mendekat ke arah mobil lalu membuka pintu mobil Siwon.

 

Siwon hanya tersenyum memperhatikan wajah sebal Haemi. Dia ikut masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Haemi untuk mengantar wanita itu. Siwon memperhatikan Haemi yang memalingkan wajahnya ke arah jendela, pandangan mata Siwon turun pada barang belanjaan wanita itu.

 

“Kau membeli apa di baby shop ?” Pertanyaan Siwon membuat Haemi menoleh dan melihat padanya.

 

Haemi menelan salivanya sedikit berat. Dia menunduk dan memperhatikan plastik sepatu mungil yang dibelinya tadi. Dia mengumpat di dalam hati menyadari kebodohannya tersebut. Mengapa bisa ia lupa menaruh sepatu lucu itu ke dalam tas selempang yang kantungnya lumayan besar.

 

“Ini –ini aku membeli sepatu mungil.” Ucapanya gugup.

 

“Untuk siapa ?” Haemi menoleh pada Siwon. “Haemi. Kau membeli sepatu bayi untuk siapa ?”

 

Untuk anakku

Dia ingin sekali menjawab kalimat tersebut pada Siwon, namun dia hanya bisa diam tanpa bisa mengucapkan apapun. Haemi masih menatap Siwon dengan pandangan datar tanpa berniat membuka mulutnya. Rasanya mulutnya terkunci begitu rapat.

 

“Haemi.” Panggilan Siwon kembali menyadarkannya.

 

“Untuk –untuk temanku.” Jawabnya terbata sambil tersenyum canggung “Dia baru melahirkan dan aku ingin memberi hadiah sebuah sepatu lucu.”
“Oh begitu.” Gumam Siwon mengangguk mengerti “Kukira untuk anakmu nanti.” Ucapan Siwon membuat Haemi menegang. Pria itu tersenyum tipis pada Haemi sebelum mengemudikan mobilnya.

 

Untuk saat ini dia tidak ingin kehamilannya diketahui siapapun, tak terkecuali Siwon. Meskipun dia tahu pria itu bisa saja membantunya menyelesaikan masalahnya tersebut. Dia yakin dirinya masih bisa berjuang demi bayinya jika nanti dirinya telah berpisah dengan Kyuhyun.

 

 

 

 

 

***

Kyuhyun melirik arlojinya sesaat kemudian matanya terfokus kembali pada jalanan di hadapannya. Dia pulang lebih larut malam ini karena menemani kekasihnya, Lee Hyeri. Setelah makan siang bersama akhirnya dia memutuskan untuk malam bersama Hyeri lagi hingga lupa waktu dan pulang selarut ini.

 

Setelah tiba di rumah, Kyuhyun segera memarkirkan mobilnya di bagasi. Dia turun dan memperhatikan rumahnya sejenak sebelum akhirnya masuk ke rumah. Matanya langsung tertuju pada sofa yang berada di ruang tamu rumahnya. Dia menghela nafasnya lalu menggeleng menyadari istrinya tengah tertidur di sana. Kyuhyun selalu memperingati Haemi tapi wanita itu tak pernah menggubrisnya. Dia melangkahkan kakinya mendekat pada Haemi lalu berjongkok mengamati wajah Haemi. Hal yang sama ia lakukan seperti beberapa malam yang lalu.

 

“Kau sulit sekali jika ku peringatkan Lee Haemi.” Gumamnya pelan tanpa berniat membangunkan wanita itu.

 

Tidak seperti malam sebelumnya di mana Kyuhyun berteriak membangunkan Haemi. Tapi sekarang, pria itu membungkuk untuk menggendong Haemi ke dalam kamarnya. Kyuhyun berniat memindahkan istrinya tersebut, tapi sebelum sempat tubuh itu direngkuhnya. Mata Haemi terbuka tiba-tiba.

 

“Oppa.” Panggilnya.

 

“Kau bangun.” Kyuhyun menjauhkan tubuhnya lalu memperhatikan gerak-gerik Haemi. Wanita itu memijit dahinya lalu memposisikan dirinya untuk duduk.

 

“Maaf aku ketiduran lagi.” Ucapnya sambil tersenyum membuat Kyuhyun terpaku sesaat. “Tunggu sebentar yah. Aku siapkan makan malam.” Haemi bangkit dari posisi duduknya berniat memasuki dapur.

 

Kyuhyun menahan pergelangan tangan Haemi hingga wanita itu menoleh “Aku sudah makan malam.” Gumam Kyuhyun pelan. Haemi menarik bibirnya simetris “Tadi kami makan malam bersama.”

 

Haemi tidak harus berpikir siapa yang dimaksud Kyuhyun dengan kami, tentu saja kakak perempuannya dan suaminya. Sakit di dadanya kembali terasa menyadari hal tersebut. Suaminya makan malam bersama wanita lain.

 

“Oh begitu.” Haemi memaksakan senyumnya sebisa mungkin “Aku akan membereskan makan malamnya jika begitu.” Lalu berbalik dan melangkahkan kakinya lagi. Namun Kyuhyun lagi-lagi menahan lengannya membuat Haemi menoleh kembali pada pria itu.

 

“Kau sudah makan malam?” Haemi tertegun mendengar pertanyaan Kyuhyun.

 

Hanya sebuah kalimat sederhana saja mampu membuat rasa sakit di dadanya hilang. Haemi tersenyum lalu mengangguk lemah. Dia sebenarnya belum makan malam hanya saja rasa mual itu terus menghampirinya jika ia memakan makanan berat. Dia hanya memakan susu hamilnya dan dua butir biscuit yang berada di dalam kulkas.

 

“Kau sungguh telah makan ?” Kyuhyun terlihat memperhatikan wajah Haemi hingga wanita itu salah tingkah. “Hyeri memintaku agar memastikan dirimu makan tepat waktu. Dia sangat mengkhawatirkan keadaanmu.”

 

Wajah bersemu itu berubah kembali menegang mendengar ucapan Kyuhyun. Pria itu mencemaskannya karena dimintai Hyeri kekasihnya. Wajar memang seorang kakak mengkhawatirkan adiknya, tapi bagi Haemi hal tersebut sungguh membuatnya sakit.

 

“Tenang saja oppa. Aku akan makan tepat waktu.” Gumam Haemi melepas lengan Kyuhyun perlahan lalu melangkahkan kakinya menuju dapur.

 

Kyuhyun memperhatikan punggung Haemi. Dia menghela nafasnya sambil memijit pelipisnya pelan, mengapa perasaannya jadi tak enak begini melihat wajah Haemi terlihat seperti itu.

 

“Mengapa wajahnya sepucat itu.” Gumam Kyuhyun melirik pada dapur.

 

Jujur ia khawatir pada Haemi dan perasaan tersebut datang sebelum pengakuannya pada Haemi, namun Kyuhyun mengabaikannya. Sekarang, setelah ia mengakui semuanya. Perasaan cemas tersebut entah kenapa sangat kuat. Dia juga tidak mengerti dengan dirinya.

.

.

.

.

.

Haemi mengelus perutnya lalu melihat jam weker yang berada di nakasnya. Dia menghela nafasnya ketika sadar, jam telah menunjukkan pukul dua dini hari. Dirinya tidak bisa terlelap kembali karena tiba-tiba saja rasa lapar menghampirinya. Bukan hal tersebut yang membuat wajahnya begitu gusar melainkan apa yang diinginkannya saat ini.

 

“Aku ingin memakan ayam pedas di ujung jalan.” Gumamnya menelan ludah sambil membayangkan makanan tersebut di hadapannya “Pasti enak sekali.” Haemi menghembuskan nafasnya kasar “Ini pasti dirimukan.” Gumam Haemi menurunkan pandangan pada perutnya “Baiklah. Eomma akan menuruti keinginanmu.”

 

Dia segera meraih mantelnya lalu berjalan keluar kamar. Namun sebelum kakinya melangkah keluar rumah, dia sempat memperhatikan sekeliling ruangan termasuk pintu kamar Kyuhyun yang tertutup. Haemi yakin pria itu telah tidur dan tidak akan menyadari kepergiannya tersebut. Setelah berhasil keluar dan menutup pintu, Haemi tersenyum puas. Dia berjalan keluar gerbang rumahnya untuk membeli ayam pedas yang begitu diinginkannya.

 

“Untung belum tutup.” Gumam Haemi ketika menyadari tenda rumah makan tersebut masih ramai “Ayo kita makan.” Ucap Haemi segera mencari meja kosong dan mendudukinya.

Haemi langsung memesan seporsi ayam pedas dan teh hangat. Dia sadar dirinya tengah hamil dan tidak mungkin meminum alcohol. Haemi tersenyum ketika pesanannya tiba di atas mejanya, tanpa banyak berfikir ia segera menyantap makanan tersebut. Nafsu makannya tiba-tiba saja muncul padahal beberapa hari ini ia tidak ingin sekali makan apapun hanya susu hamil dan roti saja yang bisa masuk ke mulutnya.

 

“Ini enak sekali.” Gumam Haemi sambil tersenyum puas ketika hidangan tersebut telah ia habisi.

 

Setelah membereskan semua makanannya dan membayar pesanannya itu. Haemi segera kembali ke rumahnya, dia tidak ingin Kyuhyun terbangun dan menyadari keganjilan pada dirinya. Tiba di depan pintu rumah, ia tersenyum dan melangkah masuk kemudian menutup pintunya amat perlahan berharap tidak membangunkan seeorang. Namun ketika ia membalikkan badan, matanya melebar menyadari seseorang yang tengah berdiri tak jauh darinya. Pria itu menatapnya dengan penuh selidik.

 

“O –oppa.” Ucap Haemi terbata “Kau –”

 

“Kau darimana ?” Haemi menelan salivanya ketika pria itu memotong ucapannya. “Kau sadar ini jam berapa ?” Haemi mengatupkan mulutnya melihat kilatan marah dari mata Kyuhyun.

 

“Aku membeli makanan.” Jawabnya pelan dengan wajah menunduk.

 

“K –kau bilang apa?”

 

Haemi melirik Kyuhyun “Membeli makanan.” Ulangnya lagi.

 

“Bukankah kau telah makan ?” Haemi menatap Kyuhyun.

 

“Aku masih lapar.”

 

“Kau bisa makan masakanmu tadi lagi Hae –yaa.”

 

“Aku hanya ingin makan ayam pedas itu.” Sudahlah. Kyuhyun sudah terlanjur menangkap basah dirinya.

 

Kyuhyun diam mendengar Jawaban yang diucapkan istrinya seolah ia mengetahui apa yang terjadi dengan Haemi. Kilatan marah dan kesal di wajah pria itu mengendur begitu saja.

 

“Apa kau masih lapar ?” Haemi terlihat bingung mendengar pertanyaan Kyuhyun. Namun dia segera menggeleng. “Jika nanti ingin membeli sesuatu jangan selarut ini.” Haemi hanya mengangguk mendengar nasihat suaminya itu “Tidurlah.”

 

Haemi hanya menurut dan segera memasuki kamarnya. Dia tersenyum ketika pintu kamarnya tertutup, dia merasa lega ketika Kyuhyun tidak mencurigainya. Sebagai seorang dokter seharusnya pria itu tahu tentang hal seperti ini. Kyuhyun memang bukan dokter kandungan tapi setidaknya pria itu menyadarinya.

 

“Kita selamat.” Ucap Haemi mengelus pelan perutnya.

 

Haemi merebahkan tubuhnya di ranjang lalu menatap lurus langit-langit kamarnya. Kyuhyun memang tidak menyadarinya saat ini, lalu bagaimana jika perutnya membuncit. Pasti pria itu akan tahu tentang kehamilannya.

 

“Sebelum hal itu terjadi bukankah aku akan berpisah darinya. Dia tidak akan tahu.” Gumam Haemi meyakinkan dirinya.

 

Cukup dia yang dicap sebagai perebut kebahagiaan orang lain. Tidak untuk anaknya kelak, Haemi tidak menginginkan hal tersebut terjadi pada buah hatinya. Anaknya harus hidup lebih baik tanpa harus terbebani seperti dirinya.

.

.

.

Kyuhyun mengerutkan dahinya ketika teleponnya bergetar terus-menerus di atas meja. Dia meraih ponsel tersebut dengan mata masih terpejam, tanpa memeriksa ponsel tersebut Kyuhyun langsung menaruh ponselnya itu di telinga. Dia bahkan masih membaringkan tubuhnya di ranjang empuknya itu.

 

“Yobseo.”

 

“Kyuhyun aku ingin mengatakan sesuatu padamu.” Kontan Kyuhyun melebarkan matanya dan menjauhkan ponsel tersebut dari telinganya. Dia memeriksa layar ponselnya, di sana tertera nama seseorang yang sangat dikenalnya kemudian Kyuhyun meletakan lagi ponsel tersebut di telinganya “Sebelumnya maafkan aku mengganggu jam tidurmu.” Suara itu terdengar kembali membuat Kyuhyun tersenyum sinis.

 

“Kau sungguh mengganggu Jin Woo –yaa.” Dengusnya “Apa yang ingin kau katakan. Kau tidak mungkin mengutarakan perasaanmu padakukan.” Ucap Kyuhyun terkekeh pelan terdengar dengusan dari Jin Woo.

 

“Aku ingin menyampaikan hal serius.”

 

“Yak baiklah apa itu. Jangan buat aku penasaran.”

 

Aku ingin mengatakan sesuatu tentang Haemi.” Kekehan Kyuhyun terhenti seketika. Dia langsung memposisikan dirinya duduk dan bersandar pada dashbor ranjangnya. “Aku sungguh ingin menanyakan hal ini dari kemarin tapi kau sepertinya begitu sibuk.” Raut wajah Kyuhyun terlihat begitu penasaran. Rasa kantuknya bahkan telah hilang.

 

“Katakanlah. Apa yang ingin kau sampaikan ?”

 

Terdengar helaan nafas dari Jin Woo. “Apa kau tahu jika Haemi hamil ?” Kyuhyun menegang mendengar ucapan Jin Woo.

 

“Jangan mengarang. Aku tahu kau kasihan pada Haemi.” Kyuhyun terlihat kesal dengan pernyataan Jin Woo.

 

“Tidak. Aku tidak mengarang. Aku bertemu dengannya beberapa hari yang lalu di supermarket. Wajahnya begitu pucat, dia membeli susu formula ibu hamil.”

 

“Jika kau –” Suara Kyuhyun terpotong mendengar suara pintu tertutup “Akan kupastikan nanti. Aku tutup teleponmu.”

 

Kyuhyun melangkahkan kakinya keluar kamar mendengar suara pintu tertutup tersebut. Dia mendekat pada pintu utama lalu membuka tirai jendela, matanya melebar melihat Haemi berjalan ke luar rumah.

 

“Mau ke mana dia ?” Tanya Kyuhyun pada dirinya sendiri melihat kepergian Haemi.

 

Dia berniat mengikuti Haemi, tangannya telah meraih pintu. Namun Kyuhyun teringat dengan apa yang telah Jin Woo sampaikan tadi di telepon. Dia menoleh pada kamar Haemi dan melangkah mendekat pada pintu kamar tersebut. Kyuhyun meraih daun pintu kamar Haemi perlahan, tak disangka kamar tersebut tak terkunci. Dia memasuki kamar Haemi lalu mengamati sekeliling kamar wanita itu. Matanya memicing melihat sebuah plastic yang berada di atas meja. Kyuhyun segera meraih plastic tersebut lalu memeriksanya, dia menelan salivanya ketika tangannya menemukan benda yang di maksud Jin Woo.

 

“Kau sekarang rutin meminum susu.”

“Apa itu susu untuk melangsingkan tubuh. Kau terlihat kurus sekali Hae –yaa.”

 

“A –anni.”

“Malah ini susu untuk menggemukkan tubuhku oppa.”\

 

“Tidak. Dia tidak mungkin hamil.” Gumam Kyuhyun seolah tidak percaya dengan bukti yang ditemukannya.

 

Kyuhyun mendudukkan dirinya di bibir ranjang Haemi lalu menatap sekeliling ruangan tersebut, dahinya berkerut melihat sesuatu di nakas ranjang. Kyuhyun meletakan plastic belanjaan milik Haemi dan mengambil amplop putih yang tergeletak di nakas. Wajahnya kembali menegang ketika ia membuka isi amplop tersebut. Surat keterangan Hamil milik Haemi.

 

“Ada yang ingin aku katakan padamu.”

 

“Apa hari itu dia –” Kalimat Kyuhyun terpotong mengingat hari di mana dirinya mengungkapan semuanya pada Haemi. “Jadi itu mengapa dia begitu bahagia.”

 

“Bagaimana jika aku mengandung anakmu oppa ?”

“Apa kau lupa kau telah meniduriku.”

“A –aku berharap aku hamil.”

 

“Ahh. Kenapa jadi seperti ini.” Teriak Kyuhyun ketika ucapan Haemi terputar secara otomatis di pikirannya. “Tapi mengapa dia tidak memberitahuku sekarang.” Kyuhyun mengusap wajahnya gusar.

 

Kyuhyun meletakan kembali amplop tersebut pada nakas. Kemudian dia keluar dari kamar Haemi, dia harus mencari Haemi dan meminta penjelasan atas apa yang baru diketahuinya. Namun sebelum Kyuhyun melangkahkan kakinya keluar rumah, suara derap langkah terdengar. Dia yakin itu Haemi.

                                                                              

O –oppa.” Suara Haemi terdengar begitu terkejut ketika ia memasuki rumah dan mendapati Kyuhyun yang sedang berdiri di hadapannya “Kau –”

 

“Kau darimana ?” Kyuhyun memotong ucapan Haemi. “Kau sadar ini jam berapa?” Tekannya dengan nada marah.

 

“Aku membeli makanan.” Haemi menunduk takut.

 

“K –kau bilang apa?”

 

Haemi melirik Kyuhyun “Membeli makanan.” Ulangnya lagi.

 

“Bukankah kau telah makan ?” Haemi mengangkat wajahnya memberanikan dirinya menatap Kyuhyun.

 

“Aku masih lapar.”

 

“Kau bisa makan masakanmu tadi lagi Hae –yaa.”

 

“Aku hanya ingin makan ayam pedas itu.”

 

Kyuhyun diam mendengar jawaban yang terlontar dari mulut Haemi. Entah kenapa rasa marah dan kesal itu hilang tergantikan rasa iba pada wanita itu. Dia mengerti seperti apa kemauan ibu hamil, meskipun dia bukan dokter kandungan setidaknya ia tahu sedikit mengenai masalah mengidam.

 

“Apa sekarang kau masih lapar ?” Haemi mengerjab mendengar pertanyaan Kyuhyun. Dia segera menggeleng. “Jika nanti ingin membeli sesuatu jangan selarut ini.” Haemi hanya mengangguk mendengar nasihat suaminya itu “Tidurlah.”

 

Pintu kamar Haemi tertutup. Kyuhyun hanya memperhatikan pintu tersebut dalam diam. Pertanyaan yang ingin sekali ia tanyakan pada wanita itu tak berani ia keluarkan melihat seperti apa keadaan Haemi. Dia tidak setega itu.

 

 

 

 

 

***

Kyuhyun mengamati gerak-gerik Haemi tanpa wanita itu sadari. Haemi melakukan hal yang sama di pagi hari, wanita itu menyiapkan sarapan pagi seperti biasa. Dia tersenyum pada Kyuhyun sambil membawa segelas susu cokelat hangat dan menaruhnya di atas meja. Setelah semuanya siap, Haemi segera menduduki kursinya.

 

“Pagi oppa.” Gumamnya tersenyum lalu meminum perlahan susu cokelatnya. Kyuhyun hanya diam sambil mengamati apa yang dilakukan Haemi. “Ada sesuatu yang perlu kubantu ?” Ucap Haemi ketika menyadari tatapan Kyuhyun.

 

“Kau tidak memakan sarapanmu lagi ?” Pertanyaan sederhana tersebut mampu membuat Haemi menelan salivanya.

 

“Aku akan membawanya ke tempatku bekerja.” Jawab Haemi setenang mungkin.

 

“Apa kau tidak mendapat makan siang di sana ?”

 

“Aku sedang tidak berselera makan di restoran.” Haemi melirik Kyuhyun yang tengah mengunyah rotinya dan menatap padanya.

 

“Makan sarapanmu sekarang. Kau bisa bawa sebanyak apapun roti yang kau mau.” Haemi menggeleng tidak setuju. “Wae ?”

 

“Sebenarnya aku tidak berselera makan di pagi hari.”

 

Kyuhyun diam mendengar ucapan Haemi. Dia tahu sekarang alasan mengapa wanita itu semakin kurus dan pucat. Sebagian wanita hamil memang mengalami masa seperti ini. Tapi dia tidak menyangka mengapa Haemi masih kuat bekerja.

 

“Apa hari ini kau bekerja ?” Kyuhyun mencoba mengalihkan pembicaraan. Haemi mengangguk dan tersenyum. “Berangkat bersama oppa.”

 

“Tidak. Aku berangkat sendiri saja. Aku tidak mau merepotkanmu terus-terusan oppa. Aku ingin hidup mandiri, setelah nanti kita bercerai. Aku tidak ingin merepotkanmu dan eonni.” Kyuhyun menghentikan kunyahannya mendengar ucapan Haemi. Dia melirik pada wanita itu, senyum manis itu masih terbingkai di wajah pucatnya. “Aku akan belajar hidup mandiri dimulai hari ini.”

 

Kyuhyun terus memperhatikan Haemi yang terlihat menghabiskan susu hangatnya. Pandangannya turun pada perut Haemi yang masih rata. Dia tidak menyangka Haemi menyembunyikan kehamilannya tersebut pada dirinya. Ada rasa kesal di dalam hatinya menyadari hal tersebut, namun perasaan itu terkalahkan dengan rasa kasihan. Entahlah dia tidak bisa mendeskripsikan apa yang ia rasakan saat ini pada wanita itu. Tapi sungguh, ia benar-benar mengkhawatirkan Haemi ditambah dengan kehamilan wanita itu.

 

Sampai kapan kau kuat menyembunyikan kehamilanmu dariku Haemi.

 

Tbc.

114 pemikiran pada “My Fault (Chapter 5)

  1. Sedih banget nasib haemi…
    😭😭😭😭
    Astaga teganya kyuhyun bilang kalo haemi bisa tinggal dengannya dan hyeri setelah bercerai..
    What the hell….
    Jinja, tega banget sih…. 😭😭
    Kalo memang sayang sama haemi harusnya dia juga harus mikirin perasaan haemi … Ckckkckck….

    Akhirnya kyuhyun tau kalo haemi hamil….
    Jin woo oppa saranghae….
    😘😘😘😘

    Penasaran banget apa kyuhyun benar2 akan menceraikan haemi karena kehamilannya…

    Sedih banget bacanya nih thor….
    Huhuhuhu…..

    Suka

  2. haemi kamu kasian banget harus menjalaninnya sendirian tapai kakak dan suami malah asik berduaan….

    dan akahirnya kyuhyun tahu juga kalau haemi hamil…apa yang bakaln di lakuinnya yaaa?

    Suka

  3. percaya ga aki bacanya sampe berkaca2… sedih bgt ini aku ga ngerti lagi kenapa hyemi sekuat itu huhuhuhuhuhuhuhuhuhu duh kyuhyun bahkan udah tau tp ttp aja begitu duhhhhhhhhh

    Suka

  4. huuuuaaaa😫😫😫 sumpah sedih banget kasian sama haemi yg sabar yah dan kuat buat kehamilan haemi dan kyuhyun bisa berubah pikiran biar gk jd cerai sama haemi kasian baby cho nya

    Suka

  5. Akhirnya Kyuhyun tau kalau Haemi hamil, nahh seneng nih Kalalu Kyuhyun dibuat bimbang kaya gitu. Sepertinya Jinwoo kepikiran makanya sampe ngomong ke Kyuhyun malem2 gitu wkwk

    Suka

Tinggalkan komentar